Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh (wajib dijawab loh yaa, meski dalam hati).
Selamat sore semuanyaaa!! Wahh
sudah lama nih, aku nggak nulis di blog lagi. Yeah, maklum aku masih berproses
dalam mencapai tujuan. Inget kan ceritaku di blog sebelumnya “Mencapai Tujuan
Part 1”????? Sekarang, aku mau menuliskan part selanjutnya. Semoga apa yang aku
tulis ini bisa kalian petik pelajarannya dan bisa membuat kalian termotivasi
dalam menghadapi segala rintangan yaaaa.. Langsung saja yaa guiiisss J
Mencapai tujuan part 1 aku
menceritakan tentang gimana rasanya dapat dosbing seperti Mrs LN. Awalnya aku
sangat ketakutan dann gelisah abisss, ngalah2 in nunggu kabar doi yang sedang
bertugas. Eitssss itu dulu tapi wkwkwkwk.
Sekarang aku mau menceritakan bagaimana
proses aku dan Mrs LN selanjutnya dalam menyelesaikan skripsi.
Ketika judulku di acc, aku sangat
bersyukur sekali. Dalam bayanganku aku bisa nih luluss cepet, terus wisuda
habis itu kerja, nikah, punya anak dan hidup bahagia. Tapi nyatanya, harapan
terkadang tidak sesuai kenyataan. Saat hari-hariku diisi dengan mengerjakan
proposal, karena niatku untuk cepat selesaii sangat besar. Bahkan saat aku KPL
pun di sela-sela aku nggak ada jadwal mengajar aku setia nih sama proposalku.
Aku baca banyak referensi jurnal. Awalnya aku susah dan paling nggak suka sama
jurnal berbahasa inggris, dengan hadirnya doi (si skripsi) aku perlahan mulai
menyukai meski terpaksa. Aku baca banyak referensi untuk dijadikan bahan
tulisan di skripsiku. Tak ada kata liburan terhitung sejak berakhirnya KKN
bulan Juli sampai sekarang, iya sekarang waktu dimana aku sedang menulis cerita
ini.
Waktu luang sedikit saja aku
sempatkan buat ngerjakan proposal ku. Hingga selesai KPL aku memberanikan diri
untuk menyetorkan proposal. Eh ndilalahh proposalnya disuruh mengirimkan lewat
grup whatsapp. Hemmm lumayann cuyyy, revisinya lewat grup. Oke aku rapopo.
Harus pasang mental baja nih kalau banyak revisinya.
Eh sebelum ituu aku lupa
ngejelasin, aku nih dapat dosen penguji yang the best the best loh. Penguji
pertama nya itu seorang dosen cantik yang super duper perfeksionis, lulusan
luar negeri dengan mengantongi gelar Ph.d. Ya Tuhannn... mimpi aapaa aku selama
iniii hingga aku mendapat penguji beliau. Hatiku mulai bergejolak saat mengetahui
siapa penguji ku, dan parahnya lagi dari 140 mahasiswa Pendidikan Akuntansi
hanya empat mahasiswa yang mendapatkan penguji beliau, sedangkan hanya aku yang
memperoleh dosen penguji satu. Lengkap sudahh hidupku. Sopo kate gak frustasii
cobak saat ituuuu... Kalau dosen penguji dua aku mah bak malaikat yang sabarr
dan baik hati, ibu cantik sang mantan kajur. Oke sekilas tentang dosen penguji,
lanjut ke revisi di grup whatsapp.
Setelah beberapa menit Mrs LN
menanyakan siapa dosen penguji ku dan beliau langsung mengirimkan 10 daftar
revisian panjang-panjang. Gilaakkkk abiss, aku hanya bisa menarik nafasss lalu
membuangnya pelan-pelan tentunya diiringi kalimat astaghfirullah dalam hati
wakakakaka. Sabar nak sabaar (batinku). Konon katanya juga Mrs LN ini merevisi skripsi
mahasiswa sesuai dengan dosen pengujinya. Jadi, tiap mahasiswa revisinya
berbeda-beda tergantung siapa dosen pengujinya.
Seketika aku down dan shock
dongsss, ingin nangis rasanyaa di revisi begitu banyaknya. Sedih, bingung tak
tahu harus bagaimana. Mungkin dikarenakan aku baru pertama kali merasakan yang
namanya momok “revisi”. Menelepon ayah dan ibu itu adalah solusinya. Mereka
penenang ku kapanpun dan dimanapun. Nangis deh sejadi-jadinya, hanya karena
“Revisiannya banyak” wakakakak alay memang.
Beberapa hari kemudian,perlahan
aku mulai merevisi satu per satu. Banyak baca-baca dan banyak tanya-tanya ke
siapapun yang bisa diajak sharing. Hingga akhirnya tak terasa bulan Desember
pun tiba. Gilakkk cepet bangettt cuyy, tiba-tiba udah desember ajaaaaaaa..
Bayanganku awal memang aku desember ituu udah bisa sempro atau nggak udah
lulus. Bayanganku memang. Tapi sekali lagi harapan terkadang tidak sesuai
dengan kenyataan.
Oke kawan, sekarang kita bahas
yang terjadi di bulan Desember. Bulan yang aku sukai, karena ini adalah bulan
terlahirnya seorang gadis kecil yang suka bermimpi hingga ketinggian terus
terkadang jatuh dan nangis wkwkwkkw. Bulan desember revisiku baru selesai,
akibat saking banyaknya revisiku ini, dan aku juga kesulitan untuk mendapatkan
contoh skripsi tentang topik penelitianku karena memang ini baru. Yo ngenee
sok-sok an gawe seng aneh-aneh wakakakaka.
Akhirnya aku bulan desember menemui
Mrs.LN yang tengah mengajar. Janjinya sih jam 10 tapi jam 12 baru bisa
bimbingan. Aku menunggu beliau mulai jam setengah 10 pagi sampai jam 12.
Setelah itu, draft proposalku dibawa beliau ke ruangannya. Aku hanya menunggu
di luarr ruangan dengan ditemani salah seorang temanku yang selalu setia
menemani kemanapun aku pergi. Cieeee.. wedok rek wedok. Wakakakaka.
Setelah 20 menit an aku menunggu
di luar, aku bertemu dengan salah seorang temanku. Kebetulan dia juga mendapat
penguji yang sama denganku juga. Dia bercerita bagaimana dia menghadapi dosen
penguji tersebut sebut saja Mrs WA yang super duper perfeksionis tersebut. Dia
menceritakan semua yang dia alami, dan seketika aku berasa darahku tidak
mengalir dan nafasku terhenti mendengar semua cerita itu. Alayyy wkwkwk tapi
ancen iyoo cuyy, medenii.. seketika pikiranku menanyakan pada diriku sendiri
“Isokk gak yo aku nglewatii iki hmmm”. Lah bayangkan saja, dia sudah sempro
tapi suruh ganti judul sama Mrs WA. Coooyyy penguji isok ngganti judul cuyyy..
Medenii sayyyy.. tapi aku tetep berpositive thinking tentang beliau.
Hari itu aku merasakan perasaan
yang sama sekali tidak enak, rasanya gelisah, gundah gulana, galau merana.
Nggaakkk karuan, campur aduk, entah mengapa.. Tapi aku berusaha tenang,
sholawatan dan selalu alfatihah semoga semua baik-baik saja.
Pintu ruangan Mrs LN terbuka,
beliau keluar ruangan dengan membawa draft proposalku. Yang beliau katakan saat
pintu terbuka adalah “Ganti judul saja yaa, Mrs WA nggak suka judul kayak
gini”.. Allahuakbarr seketika lemesss gak isok mikir, gaisok lapo-lapo, pingin
nangiss tapi gaisok. Hingga kata-kata yang keluar hanyalah “Bu...” dengan raut
muka sedih dan melasss (yu know melas kan gesss?). Kemudian beliau berkata
“Kamu ganti di luar variabel itu semua, kamu baca-baca lagi jurnalnya, kalau
saya ada ya saya bantu.” Aku hanya merenung, bibirku mulai bergetar dan rasanya
tetesan hujan alami yang keluar dari sepasang bola mata akan jatuh. Aku hanya
menjawab beliau dengan “Baik Bu”. Setelah itu beliau pergi.
Temanku yang sedari tadi
menemani, ikut shock dan tak bisa berkata apapun. Lemah saat itu juga. Down
saat itu juga. Dalam hati aku berkata “Ya Allah kenapa harus hamba yang
menerima ini semua, hamba hanya ingin segera lulus dan bekerja untuk membantu
kedua orang tua, salahkah Ya Allah.” Aku berniat tidak memberi tahu orang tuaku
tentang kejadian ini, tapi hanya merekalah yang bisa membuat ku bangkit dan
semangat lagi. Akhirnya aku menelepon mereka dan menceritakan semuanyaa dengan
air mata yang mengalir sangat deras. Saat itu pun aku tak tahu harus bagaimana
lagi, pikiranku tak karuan, harapanku untuk segera lulus mulai terhambat. Bulan
sudah memasuki Desember, targetku untuk sempro gagal dan aku harus memulai
semuanya dari awal lagi. Hanya Tuhanlah yang mampu membantuku. Dan saat itu
juga aku mengingat kalimat “Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas
kemampuan hambaNya.” Sampai saat ini juga, aku selaluuu mengingat kalimat
penenang tersebut.
Lalu??? Apa yang terjadi
selanjutnya??? Aku lanjutkan di part 3 ya gaaaiisss. J
Tunggu yaaaa
Percayalah barang siapa yang mempersulit orang lain, diakan dipersulit juga entah dari hal apapun. Dan percayalah wahai engkau penulis blog tak ada kalimat yang menyatakan bahwa orang sukses dapat diraih dengan mudah seperti engkau merebus mie instan.
BalasHapusBuenerrr puolll... aku ikuti semua proses itu. Dan dari hal ini aku banyak mendapatkan pembelajaran.
HapusSemangaattt mbak laraaasssss
BalasHapus